"Inilah silsilah Yesus Kristus ... " (Matius 1.1)
Inilah kalimat pertama yang kita baca saat membuka kitab Perjanjian Baru jika kita membacanya secara berurutan dari awal (Matius) hingga akhir (Wahyu). Mungkin tidak banyak diantara kita yang akan memikirkan apakah pentingnya kalimat ini. Kita akan mencoba memikirkan makna dari kalimat pendek ini.
Pertama, kalimat ini dituliskan untuk mengingatkan kita bahwa yang menjadi titik temu antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah pribadi dari Yesus. Kita tahu bahwa sebelum Matius 1.1, kitab yang mendahuluinya adalah Perjanjian Lama, dan setelah membaca Matius 1.1, kita akan bertemu dengan kitab Perjanjian Baru. Jadi, berita dari Matius 1.1 bahwa Yesus adalah Kristus merupakan titik temu yang menghubungkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Hal yang sama kita dapat lihat dari isi perikop Matius 1.1-17. Kita membaca mengenai tokoh-tokoh PL yang menjadi nenek moyang Yesus. Mereka bukan hanya menjadi nenek moyang Yesus, namun mereka adalah penerima janji Allah akan keselamatan. Kita juga tahu bahwa setelah Matius 1:1-17, Alkitab banyak berbicara mengenai penggenapan dari apa yang dijanjikan dalam PL yang terpenuhi dalam pribadi Yesus. Jadi Yesus adalah titik temu yang menghubungkan antara apa yang dijanjikan Allah dalam Perjanjian Lama dan apa yang digenapi Yesus dalam Perjanajian Baru.
Kedua, kalimat dalam Matius 1.1 merupakan inti dan pesan dari iman Kristen bahwa Yesus adalah Kristus. Sedari awal kita membaca Perjanjian Baru, kita diajak untuk memahami bahwa Yesus adalah Kristus, dan disepanjang kitab Perjanjian Baru, tema ini akan terus berbicara dan mengingatkan kita mengenai pribadi Yesus dan orang-orang yang mau percaya kepada Dia.
Menerima Yesus sebagai Kristus dalam kehidupan orang Kristen, itulah yang menjadi inti dari kehidupan orang percaya sekaligus menjadi pusat dari kehidupan imannya. Secara sederhana, arti dari istilah Kristus terkait dengan peran dan karya Dia sebagai Raja atas segala sesuatu, termasuk hidup kita. Dengan demikian menerima Yesus sebagai Kristus berarti menerima Dia sebagai "Raja" dalam kehidupan kita. Inilah inti dari kehidupan orang Kristen dan pusat dari keyakinan iman kita bahwa Yesus adalah Raja dalam kehidupan setiap orang Kristen maupun atas segala sesuatu.
Hari ini, saya ingin mengajak anda untuk mengevaluasi diri kita sendiri, bertanya kepada diri kita sendiri: siapakah yang menjadi "Raja" dalam hidup kita? Walaupun kita mengaku bahwa kita adalah orang Kristen (pengikut Yesus), apakah benar bahwa Yesus lah yang menjadi "Raja" dalam hidup kita?
Bagaimana dengan ambisi kita, misalnya saja: keinginan untuk jadi kaya, hidup enak, mendapatkan gelar tertentu, mempunyai pasangan ideal, apakah semuanya itu menguasai hidup kita dan memperhamba kita? jika hal ini terjadi dalam diri kita, maka yang menjadi raja dalam hidup kita bukanlah Kristus namun "sang ambisi diri."
Bagaimana dengan dosa, apakah hidup kita diperbudak oleh dosa tertentu? Kita tahu bahwa ada dosa-dosa tertentu yang memperhamba kita dan membuat kita terikat, terbelenggu, serta kecanduan. Jika hal ini terjadi dalam hidup kita, maka "sang raja" yang berkuasa dalam diri kita bukanlah Yesus, namun "dosa."
Dalam hidup kita ada begitu banyak hal yang dapat menjadi berhala dan memperbudak diri kita. Kita perlu dilepaskan dari belenggu perbudakan tersebut. Datanglah kepada Yesus sebab Dialah satu-satunya yang dapat menolong kita. Hiduplah dalam penyerahan diri pada Tuhan setiap hari; akuilah dihadapan Tuhan segala kelemahan daging kita dan gantungkanlah hidup kita pada Tuhan. Inilah jalan hidup seorang Kristen: hidup dari iman kepada iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar