Selasa, 18 Maret 2014

Siapa Yang Boleh Membimbing (Galatia 6:1)

Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. (Galatia 6:1)

Rasul Paulus menyadari bahwa dalam kehidupan berjemaat pasti ada orang-orang yang kemudian jatuh dalam dosa; saat hal tersebut terjadi, Paulus memberikan beberapa nasehat penting. Pertama, Paulus menasehatkan supaya orang tersebut haruslah dibimbing untuk kembali ke jalan yang benar; yang menarik adalah orang yang Paulus minta untuk membimbing adalah orang-orang yang Paulus sebut sebagai "kamu yang rohani"; tentu yang Paulus maksudkan dengan "kamu yang rohani" menunjuk pada orang-orang yang benar-benar sudah bertobat dan bertumbuh dalam Tuhan, dan setiap orang Kristen seharusnya memiliki kualitas tersebut; dengan kata lain, setiap orang Kristen sebenarnya mempunyai kewajiban untuk membimbing sesama jemaat yang jatuh dalam keselahan tertentu. Persoalannya adalah saat seorang jemaat tahu bahwa ada sesama jemaat yang jatuh dalam dosa, pada umumnya jemaat tidak memiliki kualifikasi untuk membantu jemaat tersebut, sehingga ia harus menyerahkan "kasus" tersebut kepada orang lain baik itu pendeta, penginjil atau penatua jemaat; walaupun hal ini pada dasarnya bisa dilakukan, namun ini bukanlah kondisi yang Tuhan inginkan; Tuhan ingin supaya setiap jemaat memiliki kualifikasi yang memadai untuk membantu dan membimbing sesama jemaat lain yang jatuh dalam dosa; sayangnya kualitas seperti ini jarang ada dalam jemaat Tuhan, dan hal ini menjadi tantangan bagi jemaat Tuhan, apakah kita mau tetap dalam kondisi yang sama atau bertumbuh menjadi jemaat seperti yang Tuhan inginkan.

Nasehat kedua yang Paulus sampaikan adalah mengenai bagaimana proses pembimbingan harus dijalankan. Paulus tidak menginginkan bahwa seorang yang jatuh dalam dosa seamata-mata dihukum karena kesalahannya, namun ia haruslah dibimbing untuk bertobat dan dalam proses pembimbingan ini penting sekali orang tersebut dibimbing dengan lemah lembut. Yang Paulus maksudkan dengan lemah lembut disini adalah proses pembimbingan yang dikerjakan dengan kasih, sama seperti orang tua saat membimbing anaknya yang jatuh dalam kesalahan tertentu; jika kita hanya memarahi anak tersebut dengan keras, hal ini tidaklah membantu anak tersebut; yang harus dilakukan adalah membimbing anak tersebut mengerti kesalahannya dan dengan kelembutan membangun kembali kekuatan anak tersebut untuk mau berjuang menghadapi kekalahannya. Persoalannya adalah dalam banyak kasus disiplin dan teguran bagi jemaat yang jatuh dalam dosa; kita sering mendapati bahwa jemaat tersebut tidak dberikan seorang mentor, ia hanya ditegur dan dimarahi; hal ini salah sebab tujuan dari peneguran dalam Kristus bukanlah untuk menghukum namun untuk memulihkan, itulah sebabnya penting sekali ada orang yang ditunjuk untuk memberikan pendampingan kepada jemaat tersebut.

Nasehat ketiga yang Paulus sampaikan adalah supaya orang yang membimbing jemaat yang jatuh dalam dosa, ia menjaga dirinya sendiri supaya ia pun tidak jatuh dalam dosa yang sama ataupun jatuh dalam pencobaan. Dalam proses pembimbingan, kita dapat jatuh dalam dua hal yakni (i) perasaan simpatik kepada jemaat tersebut sehingga kita kemudian tidak tegas dengan kesalahannya dan mulai mentoleransikan kesalahan yang seharusnya dikoreksi; (ii) pembimbing dapat jatuh dalam kesalahan yang sama sehingga ia pada akhirnya tidak mampu untuk membimbing jemaat tersebut karena ia ternyata melakukan hal yang sama dengan jemaat yang dia layani. Itulah sebabnya dalam proses pembimbingan jemaat, penting sekali kita untuk bertumbuh dengan benar; jangan sampai kita yang membimbing pada akhirnya jatuh dalam kesalahan yang sama atau tidak mampu membimbing karena kita tidak memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut.

Bagaimanakah kita dapat menjadi pembimbing bagi orang lain? Pertama, kita harus mengalami pertumbuhan terlebih dahulu baik dalam iman maupun dalam karakter kita; untuk proses ini hubungan pribadi dengan Tuhan melalui saat teduh (belajar Firman Tuhan dan doa) menjadi bagian penting yang harus kita lewati setiap harinya. Kedua, kita harus memberi diri kita untuk mau dilatih; gereja sebenarnya mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan pelatihan bagi jemaat supaya mereka dapat membantu sesama jemaat saat mereka jatuh dalam kesalahan tertentu. 

Tidak ada komentar: