Kamis, 20 Maret 2014

Menilai Diri dan Menilai Orang Lain (Galatia 6:3-5)

Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. Galatia 6:3-5

Jika membantu sesama jemaat adalah karakter positif yang perlu dimiliki oleh semua umat Tuhan (lihat Gal 6:1-2), maka kesombongan adalah karakter negatif yang harus dihindari oleh semua orang percaya. Istilah yang Paulus gunakan yakni "menyangka bahwa dia berarti" atau "menyangka bahwa dirinya adalah sesuatu" menunjuk pada orang-orang yang merasa dan menganggap bahwa dirinya telah memiliki pencapaian-pencapaian tertentu, padahal dalam realitanya, apa yang dia miliki ternyata tidak ada nilainya dihadapan Tuhan. Jika kita ingat dengan perumpamaan mengenai orang Farisi dan pemungut cukai yang sama-sama berdoa di rumah Tuhan, kita akan melihat bahwa orang Farisi adalah contoh dari orang yang dibicarakan Paulus; bagaimana ia merasa bahwa dirinya adalah "sesuatu" sebab ia telah memiliki "ini dan itu" serta melakukan "ini dan itu," namun dimata Tuhan, ternyata semua yang dia miliki dan dia capai ternyata "nol besar." Itulah sebabnya Paulus mengingatkan jemaat supaya mereka "menguji pekerjaannya sendiri."

Gagasan "menguji pekerjaan sendiri" menunjuk pada kerendahan hati untuk mau menilai dan mengukur diri sendiri dengan ukuran Tuhan dan bukan dengan membandingkannya dengan kelemahan orang lain. Saat seseorang menilai diri sendiri dengan membandingkannya dengan kelemahan orang lain, kita jatuh dalam dua hal yakni (i) kita telah menilai kelemahan orang lain tidak secara objektif; (ii) kita akan jatuh dalam kesombongan karena merasa diri lebih baik dari orang lain. Sebaliknya, jika kita menilai diri kita dengan ukuran Tuhan, maka kita akan dibawa kepada satu kesadaran bahwa baik diri kita maupun orang lain sama buruknya dan jikalau kita sekarang menjadi umat Tuhan dan dapat melayani Tuhan, itu semua adalah karena kemurahan itu. Orang seperti ini kalaupun ia bermegah/bangga dengan apa yang terjadi dengan dirinya, ia akan berbangga karena Tuhan dan bukan karena dirinya sendiri.

Paulus juga mengingatkan kita bahwa setiap orang pada akhirnya harus mempertaggungjawabkan hidupnya masing-masing; apa yang dipercayakan kepada dia dan apa yang dia lakukan, semuanya harus dipertanggungjawabkan. Ada yang namanya "hari pengahakiman" yang semua manusia harus hadapi untuk mempertanggungjawabkan setiap hal yang kita lakukan. Itulah sebabnya jangan gunakan hidup kita untuk hal-hal yang salah dan jangan melukai orang lain; hiduplah sebagai orang yang bertanggungjawab yang kalaupun Tuhan datang kapan saja, ia telah siap untuk menyambutnya.


Tidak ada komentar: