Sabtu, 25 Januari 2014

Iman Yang Menyelamatkan (Galatia 3:6-9)

Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."  Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. Galatia 3:6-9

Paulus sekarang membicarakan mengenai tokoh Abraham yang menjadi contoh atau pola dari PL mengenai bagaimana Allah memanggil seseorang menjadi umat-Nya. Paulus melihat bahwa Allah membenarkan Abraham bukan karena Abraham kemudian menjadi seorang Yahudi sebab pada waktu itu belum ada orang-orang Yahudi; Allah membenarkan Abraham dan menjadikan Abraham sebagai umat-Nya karena Abraham merespons panggilan Tuhan dengan iman. Bagi Paulus prinisp yang sama berlaku untuk anak-anak Abraham yang juga kemudian terhisab dalam perjanjian dengan Tuhan dimana mereka diterima dalam perjanjian dengan Tuhan bukan karena identitas mereka sebagai sebagai kuturunan Abraham namun oleh iman yang sama yang dimiliki oleh keturunan Abraham. Terkait dengan orang-orang bukan Yahudi, Paulus menegaskan bahwa tentang merekapun Allah telah menyampaikan bahwa mereka ada tempat dalam keturunan Abraham sebab Tuhan sudah menetapkan Abraham untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain; namuan bagaimana caranya bangsa-bangsa lain bisa turut diberkati seperti halnya Abraham, maka mereka seperti halnya Abraham dan keturunannya, haruslah menerima panggilan Allah dalam hidup mereka dengan iman.

Iman adalah bagian utama dari keselamatan kita; iman ini membuat kita menyerahkan hidup dan diri kita kepada Tuhan; seperti halnya dengan Abraham yang ketika dipanggil Tuhan meninggalkan keluarganya untuk pergi ke tempat yang dijanjikan Tuhan dan Abraham pun menyerahkan dirinya dan hidupnya pada pimpinan Tuhan, itulah yang disebut iman. Secara teologis iman itu melibatkan tiga aspek yakni (i) pengetahuan, seseorang tidak dapat beriman jika ia tidak mengetahui mengenai apa yang harus dia imani; (ii) konfirmasi, seseorang perlu meng-iya-kan apa yang dia ketahui; (iii) penyerahan diri, seseorang perlu untuk menyerahkan dirinya pada apa yang dia ketahui dan dia konfirmasikan. Seseorang dikatakan beriman jika ia tahu dengan benar siapakah itu Yesus Kristus dan apa yang dikerjakan Kristus bagi dirinya; orang tersebut juga perlu meng-iya-kan bahwa ia mempercayai kebenaran yang disampaikan kepadanya; dan yang terakhir orang tersebut perlu mempercayakan dirinya kepada berita/kebenaran yang dia sudah yakini dengan menyerahkan dan mempercayakan hidupnya kepada Tuhan dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat hidupnya.

Banyak orang Kristen memiliki level yang berbeda dalam proses menjadi orang beriman; sebagian orang masih ada pada tingkat mengetahui, sebagian lagi sudah ada pada tahan konfirmasi dan sebagian lagi sudah ada pada tahap penyerahan diri. Kita haruslah mengevaluasi diri kita sendiri, apakah kita sudah memiliki iman yang menyelamatkan yakni iman yang nyata dalam bentuk penyerahan diri kepada Tuhan secara total. Seseorang yang tahu dan meng-iya-kan kebenaran firman Tuhan tidaklah membuat dirinya memiliki iman yang menyelamatkan; tanpa fase akhir dari proses beriman yakni mempercayakan diri kita injil yang dibertitakan kepadanya, maka seseorang tidak mungkin dapat menerima Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat dalam hidupnya. Sudahkah kita benar-benar beriman kepada Kristus? sudahkah kita memiliki iman yang menyelamatkan. Doakan dan renungkanlah hal ini.

Tidak ada komentar: