Kamis, 16 Januari 2014

Belajar Dari Kesalahan (Galatia 2:11-13)

Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah.  Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.  Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. 
Galatia 2:11-13

Paulus menceritakan mengenai pengalaman dia saat melihat Petrus di Antiokhia; Paulus menegur Petrus sebab menurut Paulus, Petrus tidaklah konsisten dengan kebenaran yang dipegangnya. Petrus, seperti halnya Paulus, menerima bahwa orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus adalah umat Allah sama seperti orang-orang Yahudi yang kemudian percaya kepada Kristus; itulah sebabnya tidak ada masalah bagi Petrus untuk makan sehidangan dengan mereka. Meskipun demikian, saat ada sekelompok orang yang datang bersama dengan murid-murid Yakobus datang, Petrus kemudian meninggalkan meja makan dimana sebelumnya ia makan bersama-sama dengan orang Yahudi. Pertanyaannya mengapa Petrus melakukan hal tersebut? Kemungkinan besar, kelompok orang yang datang bersama dengan Yakobus itu adalah sebuah aliran keras dari orang-orang Yahudi Kristen yang menganggap bahwa tanpa menjadi seorang Yahudi seseorang tidak dapat diterima sebagai umat Allah dan mereka juga sepertinya menganggap bahwa semua orang Yahudi perlu untuk menjaga jarak dengan orang bukan Yahudi (tidak boleh makan semeja dengan mereka sebab hal tersebut dianggap menajiskan diri). Petrus nampaknya ingin menghindarka diri dari masalah yang tidak perlu, itulah sebabnya ia memilih untuk meninggalkan meja makan, namun tindakan Petrus ternyata mempengaruhi orang Kristen lainnya sehingga beberapa orang pemimpin jemaat termasuk Barnabas melakukan hal yang sama. Paulus marah dengan tindakan Petrus sebab--menurut Paulus--apa yang dilakukan Petrus dan kawan-kawannya adalah kemunafikan sebab mereka tidak konsisten dengan kebenaran yang mereka ungkapkan dan pegang.

Dari apa yang Paulus sampaikan kita bisa belajar beberapa hal yang penting. Pertama, ketegasan adalah hal yang perlu menjadi bagian dari karakter Kristen kita. Tegas dalam mempertahankan hal yang benar adalah panggilan kita; hal ini tentu tidak berarti kita boleh bersikap kasar dengan orang lain; ketegasan terhadap yang benar harus dinyatakan dengan cara yang benar juga. Selain itu, yang menarik adalah ketegasan Petrus dalam menyatakan kebenaran tidak bergantung pada kepada siapa dia berbicara; ada kalanya kita sering kali bisa tegas dengan orang-orang yang "berada dibawah kita," namun tidak dengan orang-orang yang berada "diatas kita." Petrus adalah orang yang sangat dihormati di jemaat, saat Paulus menegur Petrus, bisa saja ada banyak orang yang marah dengan Paulus, namun Paulus tidaklah pandang bulu dalam menyatakan kebenaran, siapa saja yang salah, perlu dikoreksi termasuk Petrus dan senior Paulus sendiri yakni Barnabas. Kita perlu belajar kedua hal tersebut yakni tegas dengan hal yang benar (artinya tidak kompromi dengan hal yang salah) dan tidak pandang bulu dalam menyatakan hal yang benar.

Hal kedua yang bisa kita pelajari adalah kita perlu konsisten dengan apa yang kita yakini. Petrus melakukan kesalahan dimana sikap dia terhadap orang bukan Yahudi (saat meninggalkan meja makan) pada dasarnya menyangkali kebenaran yang dia pegang (bahwa orang bukan Yahudi yang percaya Yesus adalah juga umat Allah yang tidak berbeda dengan orang-orang Yahudi yang percaya Yesus). Selain itu, kita harus ingat bahwa apa yang kita lakukan bisa mempengaruhi orang lain; sikap kita bisa membuat orang lain ikut-ikutan kesalahan kita; dengan kata lain kelakukan kita yang tidak baik bisa menjadi pemicu bagi kejatuhan orang lain. Itulah sebabnya penting sekali bagi kita untuk selalu memiliki integritas; integritas itu membuat kita selalu melakukan apa yang kita katakan walaupun hal tersebut mungkin merugikan kita; integritas itu membuat kita konsisten antara apa yang kita yakini dan yang kita lakukan.

Di sisi yang lainnya lagi, kita perlu juga belajar untuk mengampuni orang-orang yang melakukan kesalahan seperti halnya Petrus; ingat jika seorang seperti Petrus bisa jatuh dalam dosa dan kesalahan yang fatal, semua kita bisa melakukan hal yang sama. Jangan terlalu cepat menghakimi orang lain yang jatuh dalam dosa, namun belajarlah untuk mengasihi orang-orang yang jatuh dalam kesalahan sebab tidak ada seorang pun yang sempurna dalam dunia ini; semua orang bisa jatuh dan Tuhan selalu membuka tangannya bagi setiap orang yang jatuh yang mau kembali datang kepada Tuhan untuk memperbaharui dirinya; demikianlah seharusnya sikap kita terhadap orang-orang yang jatuh dalam dosa atau melakukan kesalahan-kesalahan tersentu yang menurut kita fatal.

Tidak ada komentar: