Selasa, 12 November 2013

Antara Iman Kita dan Iman Iblis (Yakobus 2:18-20)


Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (Yakobus 2:18-20)

Dalam bagian ini Yakobus kembali menekankan bahwa iman dan perbuatan merupakan satu kesatuan. Hanya saja, kali ini ia memberikan contoh mengenai sebuah pernyataan iman yang sejati dan tidak; ia mengatakan jikalau seseorang sekedar percaya bahwa hanya ada satu Allah, maka iblis pun percaya hal yang sama bahkan mereka gemetar/ketakutan terhadap Allah. Namun apa yang membedakan keyakinan iman yang benar seorang percaya dengan keyakinan yang dimiliki oleh Iblis mengenai Allah? Yang membedakan diantara keduanya adalah keyakinan iman yang benar dari orang percaya, bukanlah sekedar pengetahuan tapi melibatkan yang namanya ketaatan. Pada saat seorang percaya berkata bahwa "hanya ada satu Allah," apa yang dia katakan seharusnya membuatnya menundukkan dan menyerahkan diri kepada Allah yang satu itu; sementara itu walaupun iblis tahu bahwa Allah hanya satu, ia tidak mau menundukkan diri kepada Allah namun memberontak kepada Allah. Yakobus menunjukkan bahwa pernyataan iman tanpa perbuatan/ketaatan di dalamnya adalah pernyataan yang kosong.

Apa yang Yakobus jelaskan membuat kita sadar bahwa sering kali pernyataan-pernyataan iman kita tidak lebih berkualitas dari pernyataan-pernyataan iblis. Kita sering kali berkata bahwa kita percaya bahwa Allah itu berdaulat, namun pada kenyataannya kita masih kuatir dengan hidup kita; bukankah dengan demikian pernyataan iman kita sebenarnya tidak beda dengan pernyataan iman iblis sebab iblis pun tahu bahwa Allah berdaulat, namun ia tidak mempercayakan dirinya kepada Allah sama seperti kita; itulah sebabnya kita hidup dalam kekuatiran bukan? Kita juga sering berkata atau menyebut Allah dengan sebutan Tuhan; pernyataan ini menegaskan keyakinan iman kita bahwa Allah itu adalah tuan dan Tuhan dalam hidup kita; meskipun demikian, bukankah jika kita mau jujur dengan diri kita sendiri, kita menemukan bahwa pernyataan iman kita tersebut tidak didukung oleh kenyataan hidup kita dimana kita sering kali tidak menundukkan diri kita pada Tuhan dan hukum-hukum-Nya; jika demikian apa lebihnya pernyataan iman kita dengan pernyataan iman iblis? Iblis pun pasti tahu bahwa Allah adalah Tuhan, namun ia tidak menundukkan dirinnya dan tidak mentaati Tuhan seperti halnya dengan kita.

Ada sebuah anekdot yang menarik. Pada saat era perang salib, ada banyak orang yang saat mereka menjadi Kristen kemudian dibaptiskan. Meskipun demikian, mereka dibaptiskan dengan sebelah tangan yang teracung. Jadi, saat mereka diselamkan dalam air, yang masuk dalam air hanyalah bagian kepala dan badan tapi tidak bagian tangannya. Mengapa demikian? sebab  mereka akan berperang; mereka berpikir bahwa tangan mereka sebaiknya jangan dulu dibaptis dulu supaya nanti dalam peperangan mereka bisa membunuh lawan-lawan mereka dengan leluasa dengan tangan mereka sebab tangan mereka belum dibaptis (jadi masih boleh untuk membunuh).

Kita sering kali mengira bahwa saat seseorang percaya Yesus, kita masih boleh hidup dalam dua dunia. Kita menganggap bahwa kita masih boleh hidup dengan tata cara hidup dunia. Ini salah; walaupun kita masih ada dalam dunia tetapi kita bukan orang dunia; hidup kita seharusnya berbeda dari dunia bahkan mempengaruhi dunia. Tahukah kita hal apakah yang paling menghambat kesaksian hidup kita dalam dunia ini? jawabannya adalah kegagalan kita dalam mengintergrasikan apa yang kita percayai dengan kenyataan hidup kita setiap hari atau dalam bahasa Yakobus: kita memiliki iman, namun tidak disertai dengan buah-buah perbuatan.

Tidak ada komentar: