Senin, 18 November 2013

Kecil Tetapi Besar (Yakobus 3:3-5)

Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Yakobus 3:3-5

Yakobus sedang membicarakan mengenai kekuatan dari lidah/perkataan yang walaupun kelihatannya kecil, namun mempunyai pengaruh yang besar. Yakobus menggunakan dua analogi yakni analogi mengenai kekang pada kuda dan kemudi pada kapal untuk memperlihatkan bahwa hal yang kecil dapat mengendalikan hal yang lebih besar. Sama seperti kekang yang kecil dapat mengarahkan gerak dari kuda yang begitu kuat, demikian juga dengan kemudi pada kapal yang kecil namun dapat mengendalikan gerak kapal yang besar, demikian juga lidah (perkataan) manusia, ia dapat membawa manusia untuk melakukan hal yang besar.

Yakobus ingin mengingatkan kita bahwa lidah/perkataan kita akan memberikan pengaruh yang besar baik bagi diri kita sendiri ataupun bagi orang lain; itulah sebabnya kita perlu menjaga dan mengendalikan lidah kita supaya ia (lidah/perkataan) kita digunakan hanya untuk kebaikan. Lidah/perkataan dapat merusak relasi kita dengan sesama, tetapi juga dapat memulihkan hubungan yang rusak dengan sesama; sebagai contoh: jika kita gunakan lidah kita untuk mengkritik orang lain, maka relasi kita dengan sesama dapat menjadi rusak, namun saat lidah kita digunakan untuk meminta maaf pada saat terjadi kesalahan, lidah kita menjadi sarana yang memperdamaikan. Itulah lidah/perkataan yang dapat membawa kita kepada kebaikan ataupun pada kehancuran.

Ada sepasang suami istri yang hampir bercerai; mereka kemudian mendatangi seorang konselor untuk meminta bantuan. Saat sang konselor menggali akar persoalan mereka, ia kemudian mendapati bahwa akar persoalan diantara suami istri tersebut terletak pada satu pertengkaran belasan tahun yang lalu, dimana saat suami dan istri tersebut bertengkar hebat, sang suami pernah mengeluarkan perkataan “dasar kamu perempuan tidak berguna.” Sejak perkataan itu keluar dari mulut suaminya, maka ada tembok yang sudah terbangun diantara hubungan suami dan istri tersebut; saat masalah tersebut tidak diselesaikan, tembok tersebut menjadi semakin besar, lebar dan tinggi dan berdampak pada rusaknya hubungan suami dan istri tersebut selama belasan tahun.

Coba lihat, itulah dampak dari perkataan yang merusak yang tidak diselesaikan; lidah kita dapat membawa kehancuran yang berdampak demikian jauh saat kita tidak selesaikan dengan baik. Kita harus menggunakan lidah kita untuk kebaikan, dan saat terjadi kesalahan, gunakanlah juga lidah kita untuk memperbaikinya yakni dengan jalan meminta maaf.





Tidak ada komentar: