“Berkatalah dan
berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang akan
memerdekakan orang. Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku
atas orang-orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang
atas penghakiman.” (Yakobus 2:12-13)
Yakobus
menasehatkan jemaat yang dilayaninya supaya mereka menjaga kehidupan mereka
dengan baik seperti orang-orang yang akan dihakimi/dinilai oleh Tuhan. Ada dua
aspek dari kehidupan kita yang perlu untuk diperhatikan yakni aspek kesucian
dan belas kasihan. Walaupun dalam teks yang hari ini kita baca, Yakobus tidak
membicarakan mengenai aspek kesucian, namun bukan berarti hal tersebut tidak
penting; kesucian dan kesalehan hidup merupakan hal yang harus kita pertanggung
jawabkan saat Tuhan menghakimi kita. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah
aspek kebaikan hidup; inilah yang menjadi fokus dari Yakobus, dan ia menegaskan
supaya jemaat Tuhan belajar untuk menjadi umat yang kaya dengan belas kasihan.
Yakobus
mengingatkan bahwa penghakiman yang tak berbelas kasihan (penghukuman) tersedia
bagi orang-orang yang tidak mempunyai belas kasihan; sebaliknya orang-orang yang
hidup dalam belas kasihan ia akan menang atas penghakiman. Tentu yang
dimaksudkan Yakobus di sini adalah orang yang berbelas kasihan akan dinyatakan
sebagai orang benar saat hari penghakiman nanti. Apakah dengan demikian,
Yakobus mengajarkan bahwa manusia pada akhirnya akan dibenarkan Tuhan karena “perbuatan
baiknya?” Tentu tidak demikian, kita harus memahami bahwa dalam ajaran iman
Kristen, iman dan kemurahan hati merupakan kesatuan; iman yang menyelamatkan
selalu melahirkan buah-buah iman dan buah-buah iman itu salah satunya adalah
belas kasihan dan kemurahan hati. Seseorang yang berkata bahwa ia mempunyai
iman yang sejati namun tidak memiliki belas kasihan dan kemurahan hati pastilah
ia seorang pembohong sebab melalui buahnyalah kita dapat melihat kesejatiaan kualitas
pohonnya.
Jadi, menjadi
orang Kristen itu haruslah penuh belas kasihan dan kemurahan hati. Apakah
menjadi orang Kristen yang penuh belas kasiihan dan kemurahan jati berarti kita
harus jadi orang Kristen yang suka menyumbang dan memberi kepada orang lain? Bagaimana
seandainya kita dalam keadaan yang tidak mampu dan sulit untuk memberi? Memberi
sebenarnya adalah salah satu bentuk saja dari belas kasihan dan kemurahan hati;
ada berbagai bentuk dari belas kasihan dan kemurahan hati.
Ada seorang
Kristen yang satu kali berjalan-jalan di satu daerah; saat dia sedang berjalan
disana, ia melihat ada seorang tuna wisma yang sedang duduk di emperan sebuah toko; apakah yang
terjadi saat orang Kristen tersebut melihat ke arah tuna wisma tersebut dan
kebetulan tuna wisma tersebut melihat ke arah dia juga? Maka orang Kristen itu
menganggukkan kepalanya dan memberikan senyum untuk memperlihatkan sapaannya kepada
tuna wisma tersebut. Setelah beberapa tahun berlalu, orang Kristen tersebut
kembali berjalan- jalan di area yang sama, namun kali ini ia tidak menemukan
tuna wisma itu lagi; pada saat ia beribadah di salah satu gereja di kota
tersebut, tanpa sengaja ia bertemu dengan tuna wisma yang dulu ia pernah temui.
Orang tersebut telah berubah, ia kemudian bercerita bahwa pengalaman di jalan ketika ia bertemu dengan
orang Kristen tersebut telah mengubahkan dirinya; ia berkata bahwa selama ini ia merasa
tidak ada yang memperlakukan dirinya sebagai manusia; banyak orang yang saat
bertatapan mata dengan tuna wisma ini kemudian memalingkan wajahnya seolah-olah
‘tidak mau melihatnya,” namun saat orang Kristen tersebut memandangnya dan ia
menganggukkan wajahnya dan memberikan senyuman, tuna wisma tersebut merasa diperlakukan
sebagai manusia dan ia merasa dirinya masih seorang manusia, hal itulah yang
membuatnya kemudian bangkit dari keterpurukannya.
Coba lihat,
menunjukkan belas kasihan dan kemurahan hati memiliki berbagai bentuk; jika kita
bisa memberi, maka belajarlah memberi, tunjukkanlah belas kasihan dengan
pemberiaan. Jika kita tidak bisa memberi, tidak berarti kita kemudian tidak
bisa menjadi orang yang penuh belas kasihan dan kemurahan; kita masih memiliki
mata, tangan, mulut yang semuanya dapat kita gunakan untuk menyatakan belas
kasihan dan kemurahan Tuhan bagi sesama kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar